Sunday, June 7, 2015

Bung Karno Lahir di Surabaya, Bukan di Blitar

Sukarno

[SURABAYA] Presiden pertama Indonesia, Soekarno (Bung Karno), dilahirkan di Jalan Pandean IV/40 Surabaya, Jawa Timur, bukan di Blitar seperti diketahui masyarakat luas selama ini.  

Ketua Umum "Soekarno Institute", Peter A Rohi, di Surabaya, Senin, mengatakan pihaknya akan memasang prasasti di rumah itu sebagai tanda bahwa Soekarno dilahirkan di Surabaya. 

 "Di Jakarta ada prasasti Barack Obama, padahal dia Presiden Amerika Serikat yang merupakan negara lain. Mosok di Indonesia tidak ada prasastinya? Kami memasangnya di rumah kelahiran Soekarno," ujarnya.  

Ketika ditemui di kediamannya di kawasan Jalan Kampung Malang, Surabaya, ia menjelaskan prasasti itu akan dibuka dan diresmikan langsung oleh Prof Ir Hariono Sigit yang merupakan putra dari Utari atau istri pertama Soekarno.  

Dalam prasasti tertera gambar Soekarno dan tulisan penegasan rumah kelahirannya.  

Menurut dia, pemasangan prasasti digelar pada 6 Juni 2011 karena disamakan dengan tanggal kelahiran Soekarno, yakni 6 Juni 1901. Mantan presiden yang akrab disapa Bung Karno tersebut dilahirkan di Surabaya, tepatnya di sebuah rumah kontrakan Jalan Lawang Seketeng, yang sekarang berubah menjadi Jalan Pandean IV/40, Surabaya.  

Ayah Bung Karno adalah Raden Soekemi merupakan seorang guru sekolah rakyat dan ibunya adalah Idayu Rai yang merupakan seorang perempuan bangsawan Bali.  

"Sebelum dipasang, prasasti akan diarak dari Jalan Mawar hingga ke Jalan Pandean. Sengaja kami pilih Jalan Mawar, karena di sana merupakan tempat atau pusat upacara laskar pemuda revolusi zaman penjajahan. Di sana dulu juga ada rumah Mayjend Soengkono, Bung Tomo, serta Gubernur Suryo," terang dia.  

Peter juga menyayangkan sikap pemerintah yang menyatakan bahwa Soekarno lahir di Blitar, padahal berbagai buku-buku sejarah dan arsip nasional mencatat bahwa Soekarno dilahirkan di Surabaya.  

Ia juga menunjukkan puluhan koleksi buku sejarah yang menuliskan kelahiran Soekarno, di antaranya buku berjudul "Soekarno Bapak Indonesia Merdeka" karya Bob Hering, "Ayah Bunda Bung Karno" karya Nurinwa Ki S. Hendrowinoto tahun 2002, dan "Kamus Politik" karangan Adinda dan Usman Burhan tahun 1950.  

Selain itu, buku berjudul "Ensiklopedia Indonesia" tahun 1955, "Ensiklopedia Indonesia" tahun 1985, dan "Im Yang Tjoe" tahun 1933 yang sudah ditulis kembali oleh Peter A Rohi dengan judul "Soekarno Sebagi Manoesia" pada tahun 2008. 

 "Bahkan mantan Kepala Perpustakaan Blitar sudah mengakui bahwa Soekarno tidak dilahirkan di Blitar, melainkan di Surabaya," tuturnya.  

Pihaknya berharap, ke depan masyarakat Indonesia lebih mengetahui dan mengakui bahwa kota kelahiran Soekarno yang selama ini dikenal adalah keliru.  

"Dulu pascatragedi G30S/PKI, semua buku sejarah ditarik dan diganti di Pusat Sejarah ABRI pimpinan Nugroho Notosusanto. Tapi saya heran, kenapa ada pergantian kota kelahiran Soekarno? Semoga pemerintah ke depan sudah mengakui bahwa lahirnya presiden pertama Indonesia ada di Surabaya," papar Peter. [Ant/L-9]  

sumber: http://sp.beritasatu.com/home/bung-karno-lahir-di-surabaya-bukan-di-blitar/7356

No comments:

Post a Comment